Senin, 15 Maret 2010

klasifikasi autis

Klasifikasi

Autisme merupakan suatu gejala yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor yang berbeda untuk masing-masing anak. Mengingat perbedaan masing-masing anak tersebut, maka autisme dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis. Yatim (2002) mengemukakan anak yang mengalami gangguan autis dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga);

  1. Autisme Persepsi

Autisme persepsi dianggap autisme asli karena kelainan sudah timbul sebelum lahir. Autisme ini terjadi karena berbagai faktor baik itu berupa pengaruh dari keluarga, maupun pengaruh lingkungan (makanan, rangsangan) maupun faktor lainnya. Ketidakmampuan anak berbahasa termasuk pada penyimpangan reaksi terhadap rangsangan dari luar, begitu juga ketidakmampuan anak bekerja sama dengan orang lain, sehingga anak akan bersikap masa bodoh. Gejala yang dapat diamati antara lain :

    • Rangsangan dari luar baik yang kecil maupun yang kuat, akan menimbulkan kecemasan. Tubuh akan mengadakan mekanisme dan reaksi pertahanan hingga terlihat timbul pengembangan masalah.
    • Banyaknya pengaruh rangsangan dari orang tua, tidak bisa ditentukan. Orang tua tidak ingin peduli terhadap keinginan dan kesengsaraan anaknya. Kebingungan anaknya perlahan berubah menjadi kekecewaan. Lama-kelamaan rangsangan ditolak atau anak bersikap masa bodoh.
    • Pada kondisi begini baru orang tua mulai peduli atas kelainan anaknya, sambil terus menciptakan rangsangan-rangsangan yang memperberat kebingungan anaknya, mulai berusaha mencari pertolongan.
    • Pada saat begini, si bapak malah sering menyalahkan si ibu kurang memiliki kepekaan naluri keibuan. Si bapak tidak menyadari hal tersebut malah memperberat kebingungan si anak dan memperbesar kekhilafan yang telah diperbuat.
  1. Autisme Reaksi

Timbulnya autisme reaktif karena beberapa permasalahan yang menimbulkan kecemasan seperti orang tua meninggal, sakit berat, pindah rumah/ sekolah dan sebagainya. Autisme jenis reaktif akan memunculkan gerakan-gerakan tertentu berulang-ulang dan kadang-kadang disertai kejang-kejang. Gejala autisme reaktif mulai terlihat pada usia lebih besar (6-7) tahun sebelum anak memasuki tahapan berpikir logis, mempunyai sifat rapuh mudah terkena pengaruh luar yang timbul setelah lahir, baik karena trauma fisik atau psikis. Gejalanya antara lain :

    • Mempunyai sifat rapuh, mudah terkenapengaruh luar yang timbul setelah lahir, baik karena trauma fisik atau psikis, tetapi bukan disebabkan karena kehilangan ibu.
    • Setiap kondisi, bisa saja merupakan trauma pada anak yang berjiwa rapuh ini, sehingga mempengaruhi perkembangan normal dikemudian harinya.

Ada beberapa keterangan yang perlu diketahui yang mungkin merupakan faktor resiko pada kejadian autisme reaktif :

a. Anak yang terkena autis reaktif menghadapi kecemasan yang berat pada masa kanak-kanak, memberikan reaksi terhadap pengalamannya yang menimbulkan trauma psikis tersebut.

b. Trauma kecemasan ini terjadi sebelum anak berada pada penyimpangan memory di awal kehidupannya tetapi proses sosialisasi dengan sekitarnya akan terganggu.

c. Trauma kecemasan yang terjadi setelah masa penyimpanan memory akan berpengaruh pada anak usia 2-3 tahun. Karena itu, meskipun anak masih memperlihatkan emosi yang normal tetapi kemampuan berbicara dan berbahasanya sudah mulai terganggu. Ini yang membuat orang tua si anak menjadi khawatir.

Salah satu sebab timbulnya autisme reaktif :

· Trauma yang menyebabkan kecemasan anak. Setelah beberapa waktu yang lama akan menyisakan kelainan, antara lain, tidak bisa membaca (dyslexia), tidak bisa bicara (aphasia), serta berbagai masalah yang menghancurkan si anak yang menjelma dalam bentuk autisme. Kadang-kadang trauma yang mencemaskan si anak menimbulkan ketakutan, atau gejala sensoris lain yang terlihat sebagai autisme persepsi.

  1. Autisme yang Timbul Kemudian

Autisme jenis ini terjadi setelah anak agak besar, dikarenakan kelainan jaringan otak yang terjadi setelah anak lahir. Hal ini akan mempersulit memberikan pelatihan dan pendidikan untuk mengubah perilakunya yang sudah melekat, ditambah beberapa pengalaman baru dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Untuk itu mendiagnosa dan intervensi awal pada anak autis kelompok ini, merupakan langkah yang harus segera dilakukan dalam rangka mengembangkan potensinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar