Problema Anak Autistik
Anak yang mengalami gangguan autistik mengalami permasalahan yang sangat kompleks. Permasalahan tersebut meliputi; motorik, sensorik, kognitif, intrapersonal, interpersonal, perawatan diri, produktivitas, serta leisure (Reed 1991).
1. Motorik
· Stereotipik gerakan tubuh seperti menjentik tangan, menjedotkan kepala, berayun-ayun dan berputar-putar. Perilaku ini diklasifikasikan sebagai self stimulating atau perilaku self abusive.
· Keterampilan motorik kasar dan halus yang buruk.
· Respon terhadap stimulus reflek tertunda.
· Penurunan tonus ekstensor dan atau fleksor.
· Kontraksi dan stabilitas sendi yang buruk, khususnya pada otot leher.
2. Sensorik
· Biasanya sistem sensorik tidak terganggu, tetapi respon input (sensory registrasi) dirubah dari perilaku hiperresponsif ke hiporesponsif.
· Deaffnes (ketulian) sering disebut karena anak tidak berespon atau terlambat dalam merespon suara manusia.
· Tidak berespon terhadap sentuhan tetapi mencapai input taktil.
· Tidak melihat manusia tetapi berespon terhadap objek secara cepat.
· Tidak berespon terhadap nyeri.
· Tidak berespon terhadap stimulus visual dan auditif tetapi overrespons terhadap stimulus visual dan dan auditif yang lain.
· Mencari stimulus vestibular ketika menghindari stimulus lain.
· Hubungan spasial yang buruk.
3. Kognitif
· Intelegensi berkisar antara normal sampai dengan retardasi mental berat.
· Anak dengan intelegensi dibawah 50 mempunyai prognosis yang buruk.
· Gangguan belajar biasa terjadi seperti disleksia.
· Attending behaviour dan perilaku penyesuaian diri serta kontak mata yang
buruk.
· Rentang atensi yang pendek dan konsentrasi yang buruk.
4. Intrapersonal
· Menunjukkan perlawanan yang kuat untuk mengubah lingkungan yang responnya dengan menangis dan berteriak.
· Menolak saat mengikuti rutinitas secara detil.
· Melakukan tindakan berulang-ulang atau presevarete certain behaviour, seperti berputar-putar.
5. Interpersonal
· Kurang sadar dengan keberadaan atau perasaan seseorang.
· Gagal dalam mengatasi stress.
· Mengakukan badan saat diangkat.
· Mencegah kontak mata.
· Idiosyncratic speech, seperti ekolalia.
· Kedekatan yang kuat terhadap objek tetapi tidak terhadap manusia.
· Ketidakmampuan mengimitasi perilaku sosial.
6. Perawatan diri
· Kurang mampu melakukan aktivitas perawatan diri.
7. Produktivitas
·
· Tidak mempunyai keterampilan dalam bermain sosial dan lebih menyenangi bermain.
8. Leisure
· Memiliki kesulitan dalam mengembangkan minat.
Sudjarwanto. (2003). Terapi okupasi untuk anak berkebutuhan khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar