Senin, 15 Maret 2010

problema anak autis

Problema Anak Autistik

Anak yang mengalami gangguan autistik mengalami permasalahan yang sangat kompleks. Permasalahan tersebut meliputi; motorik, sensorik, kognitif, intrapersonal, interpersonal, perawatan diri, produktivitas, serta leisure (Reed 1991).

1. Motorik

· Stereotipik gerakan tubuh seperti menjentik tangan, menjedotkan kepala, berayun-ayun dan berputar-putar. Perilaku ini diklasifikasikan sebagai self stimulating atau perilaku self abusive.

· Keterampilan motorik kasar dan halus yang buruk.

· Respon terhadap stimulus reflek tertunda.

· Penurunan tonus ekstensor dan atau fleksor.

· Kontraksi dan stabilitas sendi yang buruk, khususnya pada otot leher.

2. Sensorik

· Biasanya sistem sensorik tidak terganggu, tetapi respon input (sensory registrasi) dirubah dari perilaku hiperresponsif ke hiporesponsif.

· Deaffnes (ketulian) sering disebut karena anak tidak berespon atau terlambat dalam merespon suara manusia.

· Tidak berespon terhadap sentuhan tetapi mencapai input taktil.

· Tidak melihat manusia tetapi berespon terhadap objek secara cepat.

· Tidak berespon terhadap nyeri.

· Tidak berespon terhadap stimulus visual dan auditif tetapi overrespons terhadap stimulus visual dan dan auditif yang lain.

· Mencari stimulus vestibular ketika menghindari stimulus lain.

· Hubungan spasial yang buruk.

3. Kognitif

· Intelegensi berkisar antara normal sampai dengan retardasi mental berat.

· Anak dengan intelegensi dibawah 50 mempunyai prognosis yang buruk.

· Gangguan belajar biasa terjadi seperti disleksia.

· Attending behaviour dan perilaku penyesuaian diri serta kontak mata yang

buruk.

· Rentang atensi yang pendek dan konsentrasi yang buruk.

4. Intrapersonal

· Menunjukkan perlawanan yang kuat untuk mengubah lingkungan yang responnya dengan menangis dan berteriak.

· Menolak saat mengikuti rutinitas secara detil.

· Melakukan tindakan berulang-ulang atau presevarete certain behaviour, seperti berputar-putar.

5. Interpersonal

· Kurang sadar dengan keberadaan atau perasaan seseorang.

· Gagal dalam mengatasi stress.

· Mengakukan badan saat diangkat.

· Mencegah kontak mata.

· Idiosyncratic speech, seperti ekolalia.

· Kedekatan yang kuat terhadap objek tetapi tidak terhadap manusia.

· Ketidakmampuan mengimitasi perilaku sosial.

6. Perawatan diri

· Kurang mampu melakukan aktivitas perawatan diri.

7. Produktivitas

· Susah belajar untuk melakukan tugas yang dikehendaki.

· Tidak mempunyai keterampilan dalam bermain sosial dan lebih menyenangi bermain.

8. Leisure

· Memiliki kesulitan dalam mengembangkan minat.

Sudjarwanto. (2003). Terapi okupasi untuk anak berkebutuhan khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar